20 Sebab Mengapa Engkau Harus Memaafkan (Bagian 2)

Bismillahirrahmaanirrahiim, alhamdulillahi rabbil ‘aalamiin, was-sholaatu was-salaamu ‘ala nabiyyil mursaliin, wa ‘ala aaliihi wa shohbihi ajma’iin, Amma ba’du.

Diantara sebab selanjutnya mengapa kita harus memaafkan adalah:

#6 Orang yang Memaafkan, Maka Akan Dimaafkan oleh Allah subhanahu wa ta’ala

Hendaknya seseorang memahami bahwasanya kezaliman yang orang lain lakukan kepada kita adalah dengan sebab kezaliman kita terhadap diri kita atas dosa-dosa yang telah kita perbuat. Bilamana seseorang telah mengetahui hal tersebut maka sungguh memaafkan kezaliman orang lain adalah salah satu cara untuk mendapatkan maaf dari Allah ‘Azza wa Jalla atas dosa-dosa yang telah kita perbuat. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:

وَلَا يَأْتَلِ أُو۟لُوا۟ ٱلْفَضْلِ مِنكُمْ وَٱلسَّعَةِ أَن يُؤْتُوٓا۟ أُو۟لِى ٱلْقُرْبَىٰ وَٱلْمَسَٰكِينَ وَٱلْمُهَٰجِرِينَ فِى سَبِيلِ ٱللَّهِ ۖ وَلْيَعْفُوا۟ وَلْيَصْفَحُوٓا۟ ۗ أَلَا تُحِبُّونَ أَن يَغْفِرَ ٱللَّهُ لَكُمْ ۗ وَٱللَّهُ غَفُورٌ رَّحِيمٌ

Artinya: Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan. Barangsiapa yang mengikuti langkah-langkah syaitan, maka sesungguhnya syaitan itu menyuruh mengerjakan perbuatan yang keji dan yang mungkar. Sekiranya tidaklah karena kurnia Allah dan rahmat-Nya kepada kamu sekalian, niscaya tidak seorangpun dari kamu bersih (dari perbuatan-perbuatan keji dan mungkar itu) selama-lamanya, tetapi Allah membersihkan siapa yang dikehendaki-Nya. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.(QS. An-Nur: 22)

#7 Membalas Kezaliman Hanya akan Membuang-buang Waktu dan Hanya Menambah Kemudharatan Serta Melewatkan Maslahat yang Banyak

Terkadang, kita dapati orang-orang yang merasa terdzalimi dengan perkataan dan perbuatan orang lain akan disibukkan dengan membalas sehingga membuat orang lain merasakan kezaliman yang dirasakannya. Maka hal ini merupakan perbuatan yang tidak ada faidahnya karena ada banyak kebaikan yang bisa dikerjakan selagi dia menghiraukan kezaliman yang ia alami.

Barangkali seseorang hendak membalas kezaliman yang ia alami malah ia terjatuh kepada menzalimi orang lain. Maka tentu ia akan jatuh kepada kemudharatan yang lebih besar.

Kita mengingat kisah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang berkunjung dari tenda ke tenda ketika musim haji untuk mengajak manusia kepada Islam, akan tetapi setiap beliau memasuki tenda, masuk juga Abu Lahab untuk menghalangi manusia dari jalan Allah subhanahu wa ta’ala. Apa yang Nabi lakukan? Maka beliau tidak menghiraukan pamannya dan langsung pindah ke tenda berikutnya, lalu berikutnya. Beliau tidak sibuk untuk berdebat dengan Abu Lahab karena menimbang lebih banyak mudharat yang akan terjadi bila beliau melakukan hal tersebut.

#8 Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam Tidak Pernah Melakukan Pembelaan Terhadap Dirinya

Hendaknya seseorang mengetahui bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak pernah melakukan pembelaan terhadap dirinya, padahal beliau adalah seorang utusan Allah, manusia terbaik, pemilik akhlak yang mulia, dan sebaik-baik suri tauladan. Beliau yang sempurna dan jauh dari kecacatan saja tidak membela dirinya, kenapa kita harus membela diri kita ketika orang lain zalim terhadap kita? Padahal kita adalah manusia yang penuh dosa, dan kesalahan.

Maka ketahuilah! Bahwasanya bila kita membela diri kita ketika dizalimi, maka sejatinya kita telah membela jiwa buruk kita. Kita sedang membela jiwa yang penuh dengan dosa dan kesalahan. Maka apakah pantas jiwa yang penuh dengan dosa dibela? Tentu tidak. Karena jiwa yang penuh dosa lebih membutuhkan obat penyembuh, yaitu perangai-perangai hati yang mulia, seperti bersabar, memaafkan, tidak menanam rasa dendam, dan lain-lain.

#9 Sesungguhnya Balasan Itu Dari Allah subhanahu wa ta’ala

Ketika seseorang berdakwah di jalan Allah subhanahu wa ta’ala atau dia melakukan ketaatan kepda-Nya kemudian ia mendapatkan perilaku zalim dari orang lain, maka hendaknya ia tidak membalasnya, karena sesungguhnya balasan itu berasal dari Allah subhanahu wa ta’ala.

Hendaknya seseorang megetahui bahwasanya hakikat seseorang yang berdakwah dan menjalani ketaatan kepada Allah itu adalah ia sedang berdagang dengan Allah subhanahu wa ta’ala, maka hendaknya ia hanya meminta balasan kepada-Nya. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:

إِنَّ ٱللَّهَ ٱشْتَرَىٰ مِنَ ٱلْمُؤْمِنِينَ أَنفُسَهُمْ وَأَمْوَٰلَهُم بِأَنَّ لَهُمُ ٱلْجَنَّةَ ۚ يُقَٰتِلُونَ فِى سَبِيلِ ٱللَّهِ فَيَقْتُلُونَ وَيُقْتَلُونَ ۖ وَعْدًا عَلَيْهِ حَقًّا فِى ٱلتَّوْرَىٰةِ وَٱلْإِنجِيلِ وَٱلْقُرْءَانِ ۚ وَمَنْ أَوْفَىٰ بِعَهْدِهِۦ مِنَ ٱللَّهِ ۚ فَٱسْتَبْشِرُوا۟ بِبَيْعِكُمُ ٱلَّذِى بَايَعْتُم بِهِۦ ۚ وَذَٰلِكَ هُوَ ٱلْفَوْزُ ٱلْعَظِيمُ

Artinya: Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mukmin diri dan harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka. Mereka berperang pada jalan Allah; lalu mereka membunuh atau terbunuh. (Itu telah menjadi) janji yang benar dari Allah di dalam Taurat, Injil dan Al Quran. Dan siapakah yang lebih menepati janjinya (selain) daripada Allah? Maka bergembiralah dengan jual beli yang telah kamu lakukan itu, dan itulah kemenangan yang besar. (QS. At-Taubah: 111)

#10 Orang yang Memaafkan Akan Dicintai & Diridhai, Serta Akan Dibersamai oleh Allah Subhanahu wa ta’ala

Hendaknya seorang muslim yang ingin dicintai oleh Allah subhanahu wa ta’ala menjalankan hal-hal yang dicintai oleh-Nya. Allah telah berjanji kepada orang-orang yang bersabar, bahwa kecintaan dan keridaan-Nya bersama orang-orang yang sabar. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:

وَٱللَّهُ يُحِبُّ ٱلصَّٰبِرِينَ

Artinya: Allah menyukai orang-orang yang sabar. (QS. Ali Imran: 146)

وَٱصْبِرُوٓا۟ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ مَعَ ٱلصَّٰبِرِينَ

Artinya: dan bersabarlah. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar. (QS. Al-Anfal: 46)

Bersambung, InsyaAllah.

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *