Seringkali, akar permasalahan dalam interaksi sosial dan mu’amalah kita terjadi karena ketidakpahaman kita terhadap batasan kemampuan diri sendiri. Akibatnya, kewajiban yang semestinya kita tunaikan malah terabaikan. Di sisi lain, hal-hal yang sebenarnya melampaui kapasitas kita, justru itulah yang kita kerjakan. Fenomena ini bukan hanya mengganggu keharmonisan hubungan, tetapi juga menimbulkan berbagai konflik yang sebenarnya bisa dihindari.
Pentingnya Mengenali Diri dalam Pandangan Islam
Islam sangat menekankan pentingnya mengenal diri sendiri sebagai bagian dari pembentukan karakter mulia. Bahkan ada ungkapan hikmah yang masyhur: “Man ‘arafa nafsahu faqad ‘arafa rabbahu” – Barangsiapa mengenal dirinya, maka ia akan mengenal Tuhannya.
Fudhail bin Iyadh rahimahullah, seorang Imam dari kalangan Tabi’in yang dikenal dengan kezuhudan dan kedalaman ilmunya, pernah menyampaikan:
رَأْسُ الْأَدَبِ عِنْدَنَا أَنْ يَعْرِفَ الرَّجُلُ قَدْرَهُ
“Menurut pandangan kami, puncak kesopanan adalah ketika seseorang mengenali kedudukan dirinya sendiri.” (Hilyatu al-Auliya’: 10/168)
Pernyataan ini menunjukkan bahwa pengenalan diri bukanlah hal sepele, melainkan merupakan fondasi utama dari akhlak dan adab yang baik. Seseorang yang memahami kapasitasnya akan lebih bijak dalam bertindak dan berinteraksi dengan orang lain.
Umar bin Abdul Aziz rahimahullah, khalifah yang dikenal dengan keadilannya, juga menyatakan:
رَحِمَ اللَّهُ امْرَأً عَرَفَ قَدْرَ نَفْسِهِ
“Semoga Allah melimpahkan rahmat-Nya kepada orang yang memahami posisi dirinya.” (Hilyah Auliya’ 5/306, Tafsir Al-Qurthubi, 12/302, QS. An-Nahl: 14)
Doa beliau ini mengandung makna mendalam bahwa mengenal kadar diri adalah salah satu sebab turunnya rahmat Allah, sekaligus menunjukkan betapa mulianya sifat ini di sisi Allah.
Karena itu, mari kita miliki kesadaran akan batasan kemampuan diri. Renungkanlah kondisi kita dan pahami dimana posisi kita sebenarnya. Sebagai perumpamaan, bila kita adalah ranting dari sebuah pohon, maka jangan berusaha menjadi batang pokok atau akarnya. Bila kita adalah dedaunan, maka jangan memaksakan diri menjadi bunga ataupun buahnya. Semoga kita semua mendapat rahmat Allah.
