Islam mengajarkan kepada pemeluknya dalam hal membangun pemuda tangguh dengan cara mempersiapkan mereka secara dini/sejak masih anak-anak dimulai dengan keteladanan orang tua, sistem pendidikannya, dan model di lingkungan di mana dia tinggal.
Peranan orang tua sangat menentukan dalam pembentukan pemuda tangguh seperti diajarkan Al- Qur’an dalam surat Luqman ayat 12-19. Ada delapan langkah untuk membangun pemuda tangguh:
Pertama, orang tua harus mengajarkan anaknya untuk selalu mensyukuri nikmat yang dianugerahkan Allah ﷻ, karena kunci kenikmatan hidup adalah rasa syukur sebagaimana firman-Nya dalam surat Ibrahim ayat 7:
وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِن شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ ۖ وَلَئِن كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِى لَشَدِيد
“Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan: “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), Maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih.”
Manusia yang pandai bersyukur pada hakikatnya telah menggenggam separuh dari iman, sedangkan separuh dari yang lainnya adalah sabar.
Kedua, orang tua seyogyanya menginformasikan kepada anaknya tentang penyakit yang merongrong jiwa, yaitu syirik. Allah ﷻ melarang hamba-Nya untuk menyekutukan-Nya dengan hasil ciptaan-Nya termasuk di era global ini mendewa-dewakan ilmu pengetahuan dan teknologi, menggantungkan gaya hidup yang hedonistik seakan-akan otak manusia yang cemerlang adalah segalanya, padahal otak kita sangat terbatas, takkan mampu mendeteksi perkara yang bersifat ghaib.
Ketiga, tak kalah pentingnya pengajaran tentang “Birrul walidain” berbuat baik kepada orang tua adalah kurikulum wajib yang harus diberikan kepada anak-anaknya karena akhlak Islam menekankan betul tentang penghormatan kepada kedua orang tua bahkan Rasulullah ﷺ berpesan:
«رضا الله في رضا الوالدين، وسَخَطُ الله في سَخَطِ الوالدين»
“Keridhaan Allah ada pada keridhaan kedua orang tua dan kemurkaan-Nya ada pada kemurkaan kedua orang tua.” (HR Tirmidzi).
Merupakan sesuatu yang mustahil terjadi apabila hanya anak saja yang dituntut untuk hormat kepada orang tua apabila orang tuanya tidak menyayangi anak-anaknya.
Keempat, sebagai orang tua sudah sepatutnya memberikan bimbingan kepada anaknya tentang kebaikan sebab kebaikan akan menuntun manusia kepada kebenaran dan kebenaran akan membawa ke jalan surga, sebaliknya anak harus diajak untuk menjauhi kejahatan dari sejak usia dini karena kejahatan membawa kepada jalan sesat dan pada akhirnya menuntun manusia kepada neraka, na’udzubillah.
Rasulullah ﷺ besabda,
عَلَيْكُمْ بِالصِّدْقِ فَإِنَّ الصِّدْقَ يَهْدِي إِلَى الْبِرِّ وَإِنَّ الْبِرَّ يَهْدِي إِلَى الْجَنَّةِ
“Hendaklah kamu semua bersikap jujur, karena kejujuran membawa kepada kebaikan, dan kebaikan membawa ke sorga.” (HR. Muslim).
Kelima, mendidik dan membimbing anak untuk menjalankan sholat adalah tugas orang tua karena ibadah sholat adalah sarana komunikasi antara seorang hamba dengan pencipta-Nya dimana Allah ﷻ telah menjanjikan kepada hamba-Nya yang dapat mendirikan sholat secara khusyu dengan tiga hal, yaitu:
- Akan ditingkatkan posisinya
- Akan dimuliakan dalam kehidupan
- Akan diberikan kekuatan, baik kekuatan fisiknya, rohaninya maupun kekuatan daya nalarnya.
Keenam, memiliki anak yang berperilaku sabar merupakan harapan semua orang tua karena sabar adalah penyempurna rasa syukur. Sabar dan syukur ibarat dua sisi mata uang yang saling melengkapi. Menurut Ibnu Qoyyim Al Jauziyah, sabar terbagi tiga:
- Sabar dalam menjalankan ketaatan kepada Allah ﷻ
- Sabar ketika menjauhkan diri dari kemaksiatan
- Sabar ketika menerima musibah dari Allah ﷻ, baik musibah yang kecil maupun yang besar.
Ketujuh, setiap orang tua sudah pasti khawatir apabila anaknya nanti mempunyai sifat takabur atau sombong, oleh karenanya sebisa mungkin orang tua mengajarkan dan memberi teladan dengan sifat tawadhu atau rendah hati karena kesombongan akan menjauhkan seseorang, tidak saja dengan Allah ﷻ tetapi juga dengan sesama makhluk. Sudah seharusnya manusia saling menghormati dan menghargai apalagi manusia adalah makhluk sosial yang menuntut adanya kebersamaan dalam menghadapi problem kehidupan.
Kedelapan, sudah saatnya orang tua di era modern ini menjadi model bagi perilaku anak-anaknya, karena didalam Al Qur’an diajarkan bagaimana model orang tua yang mampu mendidik dan membangun pemuda tangguh seperti keluarga Nabi Ibrahim ‘alaihissalam, dan Luqman Al Hakim.