Hal-hal Penting yang Harus Dimiliki oleh Penuntut Ilmu dalam Belajar – (Bagian 2)

Keenam: Duduk bersama orang yang unggul dalam hal hafalan, pemahaman, dan cara membacanya

Dan di sini disarankan: Duduk bersama orang yang terlihat kesungguhannya dalam mencari ilmu.

Hal ini karena teman-temanmu tidaklah sama, mereka berbeda-beda dalam perhatian mereka terhadap ilmu dari segi hafalan, pemahaman, bacaan, menjaga waktu, semangat dalam belajar, dan semangat dalam perilaku mereka. Maka bersungguh-sungguhlah untuk selalu bersama orang yang engkau rasakan dapat mengambil manfaat darinya berupa ilmu, akhlak, dan peningkatan dalam semangatmu.

Ketujuh: Berjuang melawan hawa nafsu dan tidak berputus asa

Sebagian orang yang baru memulai dalam menuntut ilmu menyerah di awal perjalanan! Mereka tidak mampu menghafal suatu matan (teks), lalu menyerah dan putus asa, atau tidak mampu menyelesaikan membaca sebuah kitab lalu melemah, atau tidak mampu memahami pelajaran yang pernah dihadirinya lalu menghindar darinya dan melupakannya!

Tidak diragukan bahwa hal ini tidak sepatutnya ada pada seorang penuntut ilmu. Maka engkau harus berjuang melawan hawa nafsumu. “Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami, Kami akan tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami.” [Al-‘Ankabut: 69]

Dan jika Allah mengetahui bahwa engkau berjuang melawan nafsumu untuk bersabar dan tetap bertahan, maka bergembiralah dengan kemudahan yang akan datang…

Nabi ﷺ bersabda: “Jihad yang paling utama adalah seseorang berjihad melawan hawa nafsu dan keinginannya.” (Dishahihkan oleh Al-Albani dalam “Shahih Al-Jami’ Ash-Shaghir” (2328))

Nabi ﷺ bersabda: “Sesungguhnya ilmu itu diperoleh dengan belajar, dan sesungguhnya kesantunan itu diperoleh dengan berlatih santun. Barangsiapa mencari kebaikan akan diberi kebaikan, dan barangsiapa menjaga diri dari keburukan akan dijaga (dari keburukan).”

Abu Hilal Al-‘Askari rahimahullah ta’ala berkata:

“Menghafal itu sulit bagiku ketika pertama kali memulainya, kemudian aku membiasakan diriku hingga aku bisa menghafal qasidah ‘Ru’yah’: ‘Qatim al-A’maq Hawi al-Mukhtariq’ dalam satu malam, dan itu terdiri dari sekitar dua ratus bait.” (Al-Hatts ‘ala Thalab Al-‘Ilm wal Ijtihad fi Jam’ihi” karya Al-‘Askari (hal. 71)).

Dan telah mengabarkan kepadaku sebagian orang tua bahwa ada seorang laki-laki di Masjidil Haram yang datang sebagai orang ‘ajam (non-Arab) dan lisannya adalah ‘ajami (tidak fasih berbahasa Arab). Ia berkata: Ketika orang itu membaca Al-Qur’an, dia mengeraskan suaranya untuk melatih gerakan lisannya dalam mengucapkan huruf-huruf Arab… Dia berkata: Kami merasa terganggu dengan nada suaranya yang bercampur aduk, namun setelah beberapa waktu, kami menjadi rindu untuk mendengar bacaannya ketika dia membaca.

Pelajaran: Sesungguhnya jika manusia berjuang melawan hawa nafsunya dan tidak menyerah, dia akan mendapatkan pembukaan dan kemudahan dari Allah.

Kedelapan: Renungkan dan perhatikan orang-orang yang kamu kenal dan teman-temanmu

Engkau akan melihat ada yang lebih muda darimu telah menghasilkan ilmu lebih banyak darimu, dan engkau akan melihat ada yang kehilangan hal-hal yang seharusnya diperlukan – yang bagimu itu adalah hal sepele – telah menghasilkan ilmu lebih banyak darimu. Perbandingan dan perbedaan ini sepatutnya mendorongmu untuk menjadi seperti mereka atau bahkan lebih baik dari mereka. Yang penting, jika engkau memperhatikan teman-temanmu, engkau akan melihat perbedaan! Lihatlah kepada orang yang lebih sedikit harta darimu dan lebih sulit dalam mencari rezeki dan sebab-sebabnya. Jika engkau melihat di antara mereka ada yang telah melampaui engkau dalam ilmu, maka seharusnya semangatmu bangkit, dan engkau menghormati mereka, bukan iri kepada mereka.

Kesembilan: Mengatur Waktu

Mengatur waktu dan berusaha keras dalam menjaga setiap momen waktumu adalah salah satu sebab terbesar dalam memperoleh ilmu. Seorang penuntut ilmu seharusnya menjadi orang yang paling pelit dengan waktunya agar tidak terbuang sia-sia, dan menjadi orang yang paling mulia dalam memberikan ilmu dan memberi manfaat kepada orang lain. Perhatikanlah waktumu dan berapa banyak waktu yang terbuang tanpa hasil! Terutama bagi pemuda yang bersemangat dalam menuntut ilmu.

Sebagian ulama salaf berkata: “Jika berlalu satu hari padaku tanpa bertambah ilmu, maka tidak ada keberkahan bagiku pada hari itu.”

Diriwayatkan dari Amir bin Qais bahwa ada seorang laki-laki berkata kepadanya: “Ajari aku.” Maka dia menjawab: “Tahanlah matahari!” (Shaid Al-Khathir” karya Ibnu Al-Jawzi (hal. 20) terbitan Dar Al-Kutub Al-‘Ilmiyyah)

Al-Hafizh Ibnu Al-Jawzi rahimahullah mengatakan, menggambarkan keadaannya ketika diuji dengan kedatangan orang yang menyibukkan waktunya tanpa manfaat:

“Maka aku menyiapkan pekerjaan-pekerjaan yang mencegah dari percakapan pada waktu-waktu pertemuan mereka; agar waktu tidak berlalu dengan sia-sia. Maka aku jadikan menyiapkan potongan kertas, meraut pena, dan menjilid buku-buku catatan untuk waktu kedatangan mereka… Karena hal-hal ini adalah sesuatu yang harus dilakukan dan tidak membutuhkan pemikiran dan konsentrasi penuh.” (Shaid Al-Khathir” (hal. 228)

Waktu-waktu kita sebenarnya banyak, alhamdulillah, tetapi kita perlu mengaturnya. Sebagian orang beralasan dengan tidak adanya keberkahan dalam waktu, dan dikatakan untuk ini dan yang semisalnya: keberkahan itu ada, tetapi maksiat dan kekacauan yang menghalanginya. Jika kita memperhatikan keadaan sebagian guru-guru kita – dengan banyaknya kesibukan mereka – kita akan melihat mereka baik dalam mengatur waktu mereka; itu karena mereka menempatkan sesuatu pada tempatnya dengan taufik dari Allah ‘Azza wa Jalla terlebih dahulu, kemudian dengan perhatian mereka terhadap waktu mereka kedua.

Kesepuluh: Mengulang-ulang ilmu yang telah dipelajari, baik yang telah dihafal, dipahami, maupun dibaca

Hal ini karena mengulang-ulang sesuatu akan menambah dan memperkuat dalam ingatan.

Sebagian ulama ilmu Al-Qur’an berkata: “Barangsiapa yang cepat dalam menghafal maka akan cepat pula dalam lupa, dan barangsiapa yang menyelesaikan hafalan dalam lima (hari) maka dia tidak akan lupa (hafalannya).”

Maksudnya, barangsiapa yang mengulang hafalannya terhadap Al-Qur’an setiap lima hari sekali, maka biasanya hafalannya akan tetap kuat dan mantap dalam ingatannya. Jika engkau telah mendapatkan suatu ilmu, maka mengulang-ulangnya, melafalkannya, dan menyampaikannya kepada orang lain adalah termasuk sebab-sebab memperkuat ilmu tersebut.

Dan di antara yang baik untuk diingat dalam hal ini adalah apa yang diriwayatkan dari Nabi ﷺ bahwa beliau bersabda: “Jika pemilik Al-Qur’an membacanya di malam dan siang hari, dia akan mengingatnya, dan jika dia tidak melakukannya, dia akan melupakannya.” (Shahih Muslim dengan Syarah An-Nawawi” (6/76)

Dan diriwayatkan bahwa Ibnu Umar menghabiskan waktu delapan tahun untuk menghafal surat Al-Baqarah. (Disebutkan oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah dalam Muqaddimah fi Ushul At-Tafsir dari Imam Malik)

Terjemahan dari kitab:

يا طالب العلم كيف تحفظ؟ كيف تقرأ؟ كيف تفهم؟ ويليه: طالب العلم بين الترتيب والفوضوية

Karya: Syaikh Abdul Aziz bin Muhammad As-Sadhan

Diterjemahkan Oleh: Akhukum fillah Muhammad Irgi

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *