Dimanakah Letak Keistimewahan Manusia?

Akhibati fillah…manusia merupakan ciptaan yang istimewa dan memiliki kedudukan mulia di antara seluruh makhluk ciptaan Allah. Sebagaimana firman-Nya dalam surah Al-Isra’ ayat 70,

وَ لَقَدْ كَرَّمْنا بَنِي آدَمَ وَ حَمَلْناهُمْ فِي الْبَرِّ وَ الْبَحْرِ وَ رَزَقْناهُمْ مِنَ الطَّيِّباتِ وَ فَضَّلْناهُمْ عَلى كَثِيرٍ مِمَّنْ خَلَقْنا تَفْضِيلاً

“Dan Sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkut mereka di daratan dan di lautan, Kami beri mereka rezki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan.”(QS.Al-Isra’ 70)

Namun, di mana letak keistimewaan tersebut? Dari segi kekuatan fisik, manusia kalah dari gajah, singa, harimau, dan binatang buas lainnya. Dari segi keindahan penampilan, manusia terkalahkan oleh burung merak. Bahkan dari aspek nilai ekonomis, manusia kalah dari luwak dan burung walet, karena kotoran luwak dan air liur burung walet memiliki harga jual lebih tinggi daripada kotoran dan ludah manusia.

Keistimewaan manusia sesungguhnya terletak pada karakter dan sifat-sifat yang dimilikinya. Semakin berkualitas akhlak dan semakin kokoh kepribadiannya, maka semakin tinggi nilai seseorang di hadapan orang lain. Dua puluh ekor kerbau dengan bobot, kekuatan, dan kecerdasan yang sama akan memiliki harga yang relatif seragam. Namun, dua puluh orang dengan tinggi dan berat badan yang identik belum tentu memiliki nilai yang sama. Hal ini karena nilai kerbau ditentukan oleh kondisi fisiknya, sementara nilai manusia ditentukan oleh kepribadiannya.

Kepribadian yang dimaksud mencakup keimanan, ketakwaan, dan akhlak yang terpuji. Keimanan dan ketakwaan berhubungan dengan hubungan vertikal kepada Allah, sedangkan akhlak yang baik berkaitan dengan hubungan horizontal dengan sesama manusia. Semakin tinggi ketakwaan seseorang, semakin mulia posisinya. Allah berfirman:

يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُمْ مِنْ ذَكَرٍ وَأُنْثَى وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوبًا وَقَبَائِلَ لِتَعَارَفُوا إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِي

“Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa – bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal.” (QS.Al-Hujurat 13)

Semakin baik perilakunya, semakin bernilai ia di hadapan Allah dan manusia lainnya. Dengan akhlak yang baik, seseorang menjadi manusia terbaik. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

إِنَّ مِنْ خِيَارِكُمْ أَحْسَنَكُمْ أَخْلَاقًا

“Sesungguhnya yang terbaik dari kalian adalah yang paling bagus akhlaknya.” (HR.Bukhari 3559)

Keistimewaan Akhlak Mulia

Seorang muslim wajib memiliki kepribadian yang unggul agar diterima oleh semua lapisan masyarakat. Salah satu faktor penentu utamanya adalah akhlak yang mulia. Karena itu, akhlak mulia memiliki keistimewaan besar dalam Islam, antara lain:

1. Orang yang paling dicintai. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

إِنَّ مِنْ أَحَبِّكُمْ إِلَيَّ أَحْسَنَكُمْ أَخْلَاقًا

“Sesungguhnya orang yang paling aku cintai diantara kalian adalah yang paling baik akhlaknya.” (HR.Bukhari 3759)

Dalam hadits yang lain Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pernah bersabda kepada Al-Asyaj bin Abdul Qois radhiyallahu anhu:

إِنَّ فِيكَ خَصْلَتَيْنِ يُحِبُّهُمَا اللَّهُ الْحِلْمُ وَالأَنَاةُ

“Sesungguhnya pada dirimu ada dua hal yang dicintai oleh Allah; santun dan hati-hati (tidak tergesa-gesa).” (HR.Muslim 126)

2. Tanda kesempurnaan iman. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

أَكْمَلُ الْمُؤْمِنِينَ إِيمَانًا أَحَاسِنُهُمْ أَخْلاقًا ، الْمُوَطَّئُونَ أَكْنَافًا ، الَّذِينَ يَأْلَفُونَ وَيُؤْلَفُونَ ، وَلاَ خَيْرَ فِيمَنْ لا يَأْلَفُ وَلاَ يُؤْلَفُ

“Orang mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik akhlaknya, yang mau merendahkan pundaknya. yaitu orang-orang yang mau bersikap akrab dan mau diajak bersikap akrab. Dan tidak ada kebaikan pada diri orang yang tidak mau bersikap akrab dan tidak mau diajak bersikap akrab.” (HR.Thabrani, Mu’jamus Shagir 605)

3. Mencapai derajat orang yang shalat malam. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

إِنَّ الْمُؤْمِنَ لَيُدْرِكُ بِحُسْنِ خُلُقِهِ دَرَجَةَ الصَّائِمِ الْقَائِمِ

“Sesungguhnya seorang mukmin akan mencapai derajat orang yang puasa dan orang yang shalat malam dengan kemuliaan akhlaknya.” (HR.Abu Daud 4800)

Akhlak Dapat Diperbaiki

Rasulullah bersabda bahwa ilmu diperoleh dengan belajar dan sifat santun diperoleh melalui latihan (HR. Thabrani, Mu’jamul Kabir: 1763).

Akhlak berbeda dengan susu yang tumpah yang tidak dapat dikembalikan. Akhlak berada dalam kendali kita sendiri. Kitalah yang menentukan baik buruknya. Perhatikanlah hadits di atas, seseorang yang ingin memiliki kepribadian santun harus melatih dirinya berperilaku santun. Demikian pula orang yang ingin menjadi dermawan harus melatih diri dengan sering melakukan perbuatan orang-orang dermawan. Begitu seterusnya.

Tidak ada yang tidak mungkin dalam mengubah karakter. Singa yang terkenal sebagai hewan paling ganas saja, dengan metode tertentu dapat dijinakkan dan bersahabat. Bahkan dapat dijadikan sarana hiburan, seperti yang dilakukan para pemain sirkus. Lalu bagaimana dengan manusia, bukankah manusia jauh berbeda dengan singa?!

Baarakallah fiikum

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *