Mencari ilmu bukanlah hal yang gampang dilakukan. Pasalnya, menuntut ilmu merupakan jalan yang dapat mengantar seseorang ke surga, bahkan jalur yang paling cepat untuk mencapainya. Namun, surga dikelilingi oleh berbagai hal yang tidak disukai oleh hawa nafsu manusia.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pernah bersabda:
حُفَّتِ الْجَنَّةُ بِالْمَكَارِهِ وَحُفَّتِ النَّارُ بِالشَّهَوَاتِ
“Surga diliputi oleh sesuatu yang dibenci sedangkan neraka diliputi oleh syahwat.” (HR. Muslim: 7308)
Tidak sedikit orang yang pada mulanya sangat antusias dalam belajar ilmu, namun seiring berjalannya waktu, banyak di antara mereka yang menyerah dan berhenti di pertengahan perjalanan.
Imam Ibnu Mubarak pernah menceritakan:
خَرَجْتُ أَنَا وَاِبْرَاهِيْمُ بْنُ أَدْهَم مِنْ خُرَاسَان وَنَحْنُ سِتُّوْنَ فَتًى نَطْلُبُ العِلْمَ مَا مِنْهُمْ آخِذٌ غَيْرِيْ
“Aku dan Ibrahim bin Adham keluar dari kota Khurasan, kami berjumlah 60 orang pemuda untuk menuntut ilmu. Tidak ada yang mendapatkan (ilmu) selain aku.” (Hilyah al-Auliya’ 7/369)
Dalam proses mencari ilmu dibutuhkan ketahanan mental yang kuat, rela berkorban, serta tekad yang pantang menyerah. Tanpa ketiga hal tersebut, tidak mungkin seseorang bisa meraih ilmu yang diinginkan.
Pernah ditanyakan kepada Imam asy-Sya’bi:
مِنْ أَيْنَ لَكَ كُلُّ هَذَا العِلْمِ؟ قَالَ: بِنَفْيِ الاغْتِمَامِ، وَالسَّيْرِ فِي البِلاَدِ، وَصَبْرٍ كَصَبْرِ الحَمَامِ، وَبُكُوْرٍ كَبُكُوْرِ الغُرَابِ
“Dari mana engkau memperoleh semua ilmu ini?” Ia menjawab: “Dengan membuang kesedihan, berkelana di berbagai negeri, bersabar seperti sabarnya merpati dan berpagi-pagi seperti burung gagak.” (Siyar A’lam an-Nubala’ 7/333-334)
Karena itu, tetaplah bertahan dalam proses pembelajaran. Tidak ada batasan waktu atau usia dalam hal ini. Kita harus terus mempelajari agama hingga akhir hayat, sampai detik terakhir kehidupan kita.