Kita perlu menyadari bahwa kehidupan ini bukanlah dunia impian atau negeri khayalan di mana segala sesuatu berjalan sesuai harapan. Kita menjalani kehidupan nyata di dunia yang telah ditakdirkan Allah. Di sini, banyak hal tidak sesuai dengan keinginan kita, bahkan terkadang bertentangan dengan apa yang kita sukai.
Namun, takdir telah ditetapkan, catatan sudah kering sejak lama, jauh sebelum langit dan bumi diciptakan. Mau atau tidak mau, suka atau tidak suka, semuanya harus kita hadapi. Yang bisa kita lakukan hanyalah menenangkan jiwa yang merasa berat ini dengan berkata: terima dan syukuri semua ini, karena bisa jadi inilah yang terbaik bagi kita.
Allah berfirman dalam surah Al-Baqarah ayat 216:
وَعَسَى أَنْ تَكْرَهُوا شَيْئًا وَهُوَ خَيْرٌ لَكُمْ وَعَسَى أَنْ تُحِبُّوا شَيْئًا وَهُوَ شَرٌّ لَكُمْ وَاللَّهُ يَعْلَمُ وَأَنْتُمْ لَا تَعْلَمُونَ
“Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.”
Kehidupan di lingkungan pondok pesantren, tentu saja ada banyak hal yang tidak sesuai harapan dan bahkan berbeda jauh dari bayangan kita sebelum datang. Berbagai kekurangan sering kita temui. Jika kondisi ini membuat kita lemah dan kehilangan motivasi, maka layak bagi kita untuk belajar dari seekor bunglon dalam menjalani hidup.
Allah menganugerahi bunglon kemampuan luar biasa. Hewan ini mampu mengubah warna tubuhnya menyesuaikan dengan warna lingkungan tempatnya berada. Dengan kemampuan ini, ia dapat melindungi diri dari musuh atau predator yang memburu.
Inilah yang perlu kita tiru: kemampuan beradaptasi dengan lingkungan sekitar. Di manapun kita berada, bagaimanapun kondisinya, kita harus bisa menempatkan dan menyesuaikan diri dengan keadaan tersebut.
Tanamkan dalam pikiran bahwa lingkungan atau kehidupan jarang yang berjalan sesuai keinginan kita. Karena itu, kitalah yang harus beradaptasi dengan kehidupan dan lingkungan tempat kita tinggal agar bisa hidup dengan bahagia.
Sebagai penuntut ilmu, kemampuan ini wajib kita miliki. Jika kita tidak mampu beradaptasi dengan lingkungan tempat menuntut ilmu yang terkadang memiliki banyak kekurangan, niscaya kita tidak akan memperoleh ilmu. Sebab jika setiap menemui kekurangan lantas kita pindah tempat lain, di mana kita akan mendapatkan ilmu? Tempat lain pun pasti memiliki kekurangannya sendiri. Akhirnya segala sesuatu habis terbuang—usia, biaya, dan sebagainya—hanya untuk berpindah-pindah pondok, sementara ilmu tidak kunjung didapat.
Hentikan kebiasaan mengeluh. Daripada mengutuk kegelapan, lebih baik menyalakan lilin. Jangan mengeluhkan kekurangan-kekurangan yang ada. Kamar mandi yang terbatas, air yang sering habis, udara yang panas, makanan yang kurang lezat, dan lain-lain—semua itu bukanlah penghalang dalam menuntut ilmu apabila kita bisa menjadi seperti bunglon.
Sesuaikan diri dengan berbagai kekurangan tersebut. Pandailah dalam menyiasati diri, cerdas dalam mengatur waktu dan membaca situasi. Bersabarlah, ingatlah bahwa kesulitan para ulama dalam mencari ilmu di masa lampau jauh lebih berat. Kekurangan dan kesulitan yang kita hadapi hari ini tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan perjuangan mereka.